Salamtani, jujur saya ingin sekali berbagi dengan kawan-kawan ku ini yang ada di dunia maya, saya sesekali keliling kampung dari desa ke desa pelosok, tepatnya kali ini saya melipir di daerah Pesisir Krangkeng wilayah Indramayu tepatnya di Desa Tanjakan.
Kali ini saya menemui petani garam sebut saja namanya Bapak Komet dengan gayanya yang slow dan no profile itulah sikap yang selalu ditunjukan oleh para petani.
Di tempat aktivitasnya yaitu petak lahan, saya berbincang-bincang dengan beliau, dari mulai usahatani, kehidupan, sampai kepada masalah ekonomi dan keluarga.
Ketika saya tanya Pak komet bahwa lahannya dimanfaatkan 2 jenis usaha, yaitu kalau musim penghujan dijadikan sebagai empang ikan (udang, bandeng, dll), sedangkan pada saat musim kemarau Ia jadikan lahannya sebagai tanam Garam.
Kebetulan sekali pas saya ke situ sedang musim kemarau kaya gini jadi beliau sedang menanam garam, disitulah beliau menceritakan hiruk pikuk menjadi petani Garam.
singkat cerita bahwa kata beliau bertani garam itu sebenarnya cukup mudah karena hanya memasukan air laut ke lahan yang telah disiapkan lalu dijemur oleh terik sinar matahari yang full, untuk tekniknya sendiri ya mudah hanya pengaturan air dan suhu yang panas dari matahari, persoalannya hanya satu yaitu jika sewaktu-waktu cuaca panas berubah jadi mendung dan turun hujan itu yang membuat repot dan bisa menghambat penggaraman.
Beliau menceritakan bahwa terkadang menanam garam ini sebenarnya enak gak butuh modal besar cuma butuh tenaga yang ekstra namun terkadang ketentuan harga garam yang cukup tidak bersahabat, garam tingkat petani hanya Rp. 300,- Perak, walah kalau 1 Ton cuma Rp. 300.000,- buat makan sama jajan anak sudah tidak mencukupi.
Terkadang saya prihatin dengan kondisi yang beliau ceritakan itu, namun sisi lain saya teringat dengan berita terkini yaitu mengenai harga Rokok yang akan naik sekitar Rp. 50.000 per bungkus.
Wah sungguh hebat harga rokok, terlepas dari problematika kesehatan di masyarakat dan kebijakan pemerintah akan faktor tersebut. kalau itu semua isu atau hanya baru wacana anggap saja harga rokok saat ini sekitar Rp. 15.000/bungkus anggap saja harga rokok standar (Nama Merk disembunyikan)
Ketika itu Pak Komet merupakan perokok berat, anggap saja rata-rata setiap hari menghabiskan 1 bungkus rokok seharga Rp. 15.000, kalau saya konversikan terhadap harga garam yaitu Rp. 15.000 itu sebanding dengan 50 Kg garam (300 x 50 = 15.000).
Jadi kalau dalam satu bulan berarti 50 Kgx 30 hari = 1,5 Ton garam. cukup banyak juga untuk kebutuhan membeli rokok.
Ini sekedar ingin berbagi apa yang saya ketahui dan tidak untuk mengjugde apakah berhenti merokok atau terus melanjutkan merokok, karena anda lah penentu dari semua itu.
Belum ada tanggapan untuk "Petani Garam Vs Petani Rokok (Bukan Petani Tembakau) "
Post a Comment